ANTIHISTAMIN
Antihistamin
adalah zat yang mampu mencegah pengelepasan atau kerja histamin. Antihistamin biasanya
digunakan untuk mengobati reaksi alergi. Walaupun selama ini antihistamin
dirasa aman namun obat ini memiliki efek samping sedasi (rasa kantuk) yang dapat
menurunkan daya tangkap. Terutama pada antihistamin turunan pertama yang sangat
mengganggu aktivitas sehari-hari. Antihistamin ini merupakan obat yang bekerja
sebagai antagonis reseptor histamin H1, H2, dan H3. Selain mengatasi alergi, antihistamin
juga kerap digunakan untuk mengatasi mual dan muntah, atau mabuk perjalanan.
Penggolongan antihistamin
1.
Penggolongan antihistamin H1-blockers
(antihistaminika klasik), Mengantagonir histamin dengan jalan memblok
reseptor-H1 di otot licin dari dinding pembuluh, bronchi dan saluran cerna
,kantung kemih dan rahim.
Dahulu
antihistamin dibagi secara kimiawi dalam 7-8 kelompok, tetapi kini digunakan
penggolongan dalam 2 kelompok atas dasar kerjanya terhadap SSP, yakni zat-zat
generasi ke-1 dan ke-2.
2.
H2-blockers (Penghambat asma), obat-obat
ini menghambat secara efektif sekresi asam lambung yang meningkat akibat
histamine,dengan jalan persaingan terhadap reseptor-H2 di lambung. Efeknya
adalah berkurangnya hipersekresi asam klorida, juga mengurangi vasodilatasi dan
tekanan darah menurun.
Macam-macam
obat antihistamin
1.
Antihistamin generasi pertama, Antihistamin
generasi pertama ini mudah didapat, baik sebagai obat tunggal atau dalam bentuk
kombinasi dengan obat dekongestan, misalnya untuk pengobatan influensa. Kelas
ini mencakup klorfeniramine, difenhidramine, prometazin, hidroksisin dan
lain-lain
2.
Antihistamin generasi kedua, Antihistamin
generasi kedua mempunyai efektifitas antialergi seperti generasi pertama,
memiliki sifat lipofilik yang lebih rendah sulit menembus sawar darah otak. Obat
ini juga dapat dipakai untuk pengobatan jangka panjang pada penyakit kronis
seperti urtikaria dan asma bronkial.
3.
Antihistamin generasi ketiga, Tujuan
mengembangkan antihistamin generasi ketiga adalah untuk menyederhanakan
farmakokinetik dan metabolismenya, serta menghindari efek samping yang
berkaitan dengan obat sebelumnya. Antihistamin generasi ketiga Yang termasuk
antihistamin generasi ketiga yaitu feksofenadin, norastemizole dan
deskarboetoksi loratadin (DCL).
Antihistamin bekerja dengan cara memblokir zat histamin
yang diproduksi tubuh. Zat histamin, pada dasarnya berfungsi melawan virus atau
bakteri yang masuk ke tubuh. Ketika histamin melakukan perlawanan, tubuh akan
mengalami peradangan.
Efek samping antihistamin, Beberapa efek samping yang umumnya
terjadi setelah mengonsumsi obat antihistamin ini adalah:
- Mengantuk
- Mulut kering
- Pusing
- Sakit kepala
- Nyeri perut
- Sulit buang air kecil
- Mudah marah
- Penglihatan kabur.
1.
Mengapa antihistamin menyebabkan kantuk
?
2.
Mengapa antihsitamin turunan pertama
lebih memberikan efek sedasi (kantuk) ?
3.
Bagimana perkembangan antihistamin
generasi ketiga hingga saat ini ?
Referensi :
Katzung & Travors. Pharmacology examination & Board Review
9th editions.
Katzung, Bertam. 2007. Framakologi dasar & klinik edisi 8.
Salemba medika: Jakarta.
Ganiswara. S.A. 2005. Farmakologi dan Terapi Edisi Iv. Bagian
farmakologi kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
3 komentar:
hai nagya, saya akan mencoba menjawab pertanyaan no. 1
hal tersebut bisa saja terjadi karena senyawa aktif dari obat bersifat lipofil, obat akan bisa menembus selaput pelindung otak. contohnya antihistamin golongan pertama diphenhydramine Hydroclhoridaisa (nama paten : benadryl) menimbulkan kantuk karena struktur molekulnya yang non-polar dan bersifat relative lipofilik, sehingga dapat mempenetrasi selaput pelindung otak.
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan ke 3 :
Antihistamin generasi ke-3 terdiri atas fexofenadin, norastemizol dan descarboethoxy loratadin secara klinis berguna dan tidak berpengaruh terhadap elektrofisiologi jantung.
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan no.2
antihistamin golongan pertama diphenhydramine Hydroclhoridaisa (nama paten : benadryl) menimbulkan kantuk karena struktur molekulnya yang non-polar dan bersifat relative lipofilik, sehingga dapat mempenetrasi selaput pelindung otak.
Posting Komentar