Sabtu, 30 November 2019


HEMATOLOGI
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang marfologi darah dan jaringan pembentuk darah. Darah merupakan komponen penting dalam penilaian kondisi  fisiologis tubuh. Darah terdiri dari plasma dan sel darah. Sel darah meliputi eritrosit, leukosit, dan trombosit. . Darah berfungsi untuk mengedarkan substansi yang masuk ke dalam tubuh maupun yang dihasilkan tubuh dari proses-proses metabolisme (Mitruka dan Rawnsley, 1981).
1.      Eritrosit
Eritrosit mamalia memiliki diameter rata-rata sebesar 7,5 µm. Eritrosit merupakan sel cakram tak berinti berbentuk bikonkaf dengan pinggiran sirkuler yang tebalnya sekitar 1,5 µm dan pusatnya tipis. Salah satu penyebab naiknya jumlah eritrosit adalah meningkatnya suhu tubuh, dikarenakan dengan suhu tubuh yang meningkat akan menyebabkan aktivitas penyerapan oksigen meningkat  

2.      Leukosit
Leukosit merupakan sel darah yang memiliki inti. Leukosit memiliki ukuran sel yang lebih besar, tetapi jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan eritrosit. Leukosit berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh terhadap agen infeksi yang cepat dan kuat. Sistem pertahanan tersebut dilakukan dengan cara menghancurkan antigen melalui fagositosis atau pembentukan antibodi.

3.      Neutrofil
Neutrofil berperan dalam respon imun bawaan. Neutrofil memiliki masa hidup singkat yaitu sekitar 10 jam dalam sirkulasi. Granula pada neutrofil tidak bewarna, mempunyai inti sel yang terangkai (kadang terpisah), dan banyak terdapat granula pada protoplasmanya (Handayani dan Haribowo, 2008)

4.  Limfosit
Limfosit berperan dalam respon imun adaptif. Terdapat dua jenis utama limfosit yaitu limfosit T (sel T) dan limfosit B (sel B) yang bersirkulasi dalam darah dan limfa. Kedua jenis limfosit tersebut melakukan respons pertahanan terhadap antigen yang berbeda tetapi saling melengkapi. Sel B akan mensekresi protein yaitu antibodi ketika terdapat antigen. Sel B dan sel T dapat mengenali antigen secara spesifik karena adanya reseptor antigen yang terikat pada membran plasma. Sel T umumnya bermigrasi ke kelenjar limfa perifer. Limfosit T dalam organ limfoid sekunder akan berkembang menjadi sel T helper (Th) atau T cytotoxic (Tc). Sel Th akan berinteraksi dengan antigen yang disajikan oleh APC (Antigen Presenting Cell).

5. Trombosit
Trombosit merupakan komponen sel darah yang tidak memiliki nukleus . Trombosit dihasilkan oleh megakariosit dalam sumsum tulang, memiliki bentuk cakram bikonveks apabila dalam keadaan tidak aktif.




JENIS JENIS OBAT DALAM HEMATOLOGI
A. Antikoagulan
Antikoagulan dapat digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Atas dasar ini antikongulan diperlukan untuk mencegah terbentuk dan meluasnya trombus dan emboli, maupun untuk mencegah bekunya darah di luar tubuh pada pemeriksaan laboratorium atau tranfusi.
1.   Heparin
Indikasi: 
pengobatan trombosis vena-dalam dan embolisme paru, angina tidak stabil, profilaksis pada bedah umum, infark miokard.
Efek Samping: 
perdarahan (lihat keterangan di atas), nekrosis kulit, trombositopenia (lihat keterangan di atas), hiperkalsemia (lihat keterangan di atas), reaksi hipersensitivitas (urtikaria, angiodema, dan anafilaksis); osteoforisis setelah penggunaan jangka panjang (dan jarang terjadi alopesia).
Dosis: 
Pengobatan trombosis vena-dalam dan embolisme paru, secara injeksi intravena, dosis muatan 5000 unit (10.000 unit pada embolisme paru yang berat) diikuti dengan infus berkesinambungan 15-25 unit/kg bb/jam atau secaara injeksi subkutan 15.000 unit setiap 12 jam (pemantauan laboratorium penting sekali sebaiknya setiap hari).

2.   Warfarin
Indikasi: 
profilaksis embolisasi pada penyakit jantung rematik dan fibrilasi atrium; profilaksis setelah pemasangan katup jantung prostetik; profilaksis dan pengobatan trombosis vena dan embolisme paru; serangan iskemik serebral yang transien.
Efek Samping: 
perdarahan; hipersensitivitas, ruam kulit, alopesia, diare, hematokrit turun, nekrosis kulit, purple toes, sakit kuning, disfungsi hati; mual, muntah, pankreatitis.
Dosis: 
Pemberian warfarin harus diukur berdasarkan penetapan "quick onestage prothrombin time" atau thrombotest. Tingkat lazim untuk terapi antikougulan penunjang adalah 2 kali lebih besar atau lebih kecil dari "normal quick one-stage prothrombin time" atau 15-30% nilai normal pada "converted cougulation activity" atau kurang lebih 10% dari normal pada thrombotest.
Dosis yang lazim pada orang dewasa adalah 10 mg sehari selama 2 sampai 4 hari dengan penyesuaian setiap hari berdasarkan hasil penetapan waktu protombin, terapi lanjutan dengan dosis penunjang 2-10 mg sekali sehari
B. ANTIPLATELET
Obat anti platelet secara singkat adalah obat-obatan yang menghambat adanya agregasi platelet dan pembentukan thrombus dalam tubuh. Antiplatelet bekerja dengan cara mengurangi agregasi platelet, sehingga dapat menghambat pembentukan trombus pada sirkulasi arteri, dimana antikoagulan kurang dapat berperan.



1.    Dipiramidol
Indikasi: 
sebagai tambahan antikoagulan oral untuk tujuan profilaksis tromboembolisme pada katup jantung prostetik.
Efek Samping: 
efek saluran cerna, pusing, mialgia, sakit kepala berdenyut, hipotensi, muka merah dan panas, takikardi; penyakit jantung koroner memburuk, reaksi hipersensitifitas (ruam kulit, urtikaria), bronkospasma dan angioedema berat; pendarahan meningkat selama dan setelah pembedahan; trombositopenia.
Dosis: 
oral, 300-600 mg sehari dalam 3-4 dosis terbagi sebelum makan

2.    Asetosal
Indikasi: 
profilaksis penyakit serebrovaskuler atau infark miokard.
Efek Samping: 
bronkospasme; perdarahan saluran cerna (kadang-kadang parah), juga perdarahan lain (misal subkonjungtiva).


Pertanyaan :
1.    Bagaimana mekanisme obat antikoagulan ?  
2.    Bagaimana mekanisme obat antiplatelet ?
3.    Bagaimana interaksi obat antikoagulan ?


Handayani, W dan Haribowo, A.S 2008. “Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi”. Salemba medika: Jakarta.
Mitruka, B.M. dan Rawnsley, H.M. 1981. Clinical Biochemical and Hematological Reference values in Normal Experimental Animal and Normal Humans. 2nd Ed. Year Book Medical Publisher Inc., Chicago. Pp. 81-83.


5 komentar:

Imelda Sandra mengatakan...

saya akan mencoba jawab no 1 kak
Menurut Tjay (2007) Obat antikoagulan bekerja dengan cara menghambat kerja protein yang terlibat dalam proses pembekuan darah, yang disebut faktor pembekuan darah .

silviakhairina mengatakan...

Hai kak nag
Saya akan menjawab nomor 2
Antiplatelet akan mencegah sel keping darah (trombosit) untuk saling menempel, sehingga tidak terbentuk gumpalan darah.

mekanisme aksi aspirin sama dengan mekanisme aksi obat nonsteroid antiinflammatory drugs (NSAIDs) lainnya yaitu dengan menghambat enzim prostaglandin endoperoxide synthase (PGTS) atau cyclooxygenase (COX). COX bekerja dengan cara: pertama, COX
mengkonversi asam arakidonat menjadi endoperoksid (PGTS) dan kedua, peroksida aktif akan mengkonversi PGG2 menjadi endoperoksid yang lainnya yakni prostaglandin, prostasiklin dan TXA2. (Tjay. 2007)

Unknown mengatakan...

Hay nagya saya akan mencoba membantua menjawab pertanyaannya, obat antikoagulan ini bekerja dengan menghambat kerja faktor Xa yang berperan dalam proses pembekuan darah, baik pada darah yang sudah menggumpal maupun yang belum.

Fitri kurniawati mengatakan...

Terimakasih atas artikel nya
Saya akan menjawab mekanisme dari golongan antikoagulan oral
Menurut Mitruka (1981). Warfarin termasuk golongan obat antikoagulan coumarin yang bekerja dengan menghambat kerja vitamin K di dalam darah. Vitamin K berperan penting dalam pembekuan darah, terutama untuk mengaktifkan beberapa faktor pembekuan darah. Jika kerja vitamin K dihambat oleh warfarin, maka darah akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membeku.

Lismiati mengatakan...

Baiklah saya akan menjawab pertanyaan nomor 1 kak, jadi kerja obat antikoagulan adalah dengan cara menghambat atau mencegah kerja dari faktor-faktor pembekuan darah